‘Beda Rasa’ Perjuangan

Published by

on


Hari ini perjalananku tertuju pada sebuah kompleks perumahan Sekar Gading di dekat kampusku, Unnes. Di sana aku menemui ibu, dosen, sekaligus motivator hebat yang senantiasa memberikan semangatnya kepadaku semenjak S1.

Setibanya di rumah beliau aku menyodorkan secarik kertas isian untuk beliau isi. Ya, itu adalah lembar rekomendasi yang kuminta dari beliau. Perjumpaan yang sebentar itu membuahkan hasil yang awalnya aku bermalas – malasan untuk memintanya. Hanya sepersekian menit, lembar itu sudah terisi. Namun apa jadinya jika aku melanjutkan rasa malasku itu hingga aku tak jadi menginjakkan kakiku di sini? pasti tak ada hasil yang kudapat, iya kan Kawan?

Dalam perbincanganku tadi, beliau sempat mengatakan bahwa “Jika sesuatu hal langsung kita dapatkan pasti akan beda rasannya jika kita mendapatkan hal tersebut setelah mengalami kegagalan”. Ya, ini berkaitan dengan hasil kelolosan beasiswa setelah mengalami kegagalan di kesempatan pertama. Ini adalah PERJUANGAN. Bukan sekedar mendaftar melaksanakan keinginan, tapi ini sebuah angan untuk tetap memiliki kemauan dan tetap melakukan tindakan, berusaha lebih keras untuk mencapai tujuan. Perjuangan mengalahkan diri sendiri dari perasaan cape, malas, dan enggan untuk bergerak maju.

Sama halnya sebelum kuniatkan untuk berangkat ke Semarang, antara iya dan tidak untuk mengambil langkah. Antara badan yang masih letih sisa – sisa PK dan kelangkaan waktu untuk mengurus berkas pendaftaran masuk UGM. Semua beradu saling ingin membenarkan, meminta excuse, ooh… sampai aku berpikir tentang kerugian dan keuntungan jika aku berangkat atau tidak. Hingga terlintas perkataan Mario Teguh yang intinya, ini ujian bagiku, jika aku berhenti di sini berarti aku memang levelnya segini. Jika ingin lebih, maka aku harus bangkit dan berangkat.

Dari situlah aku sadar, aku harus mengikuti tantangan ini. Hingga aku mendapatkan lebih dari sekedar yang aku harapkan. Semoga dan semoga langkahku ini Allah berkahi. Jika memang aku diminta untuk berhenti, maka hentikanlah aku di tempat di mana aku bisa berkiprah dan menuntut ilmu lebih banyak, di tempat yang benar – benar Allah berkahi. Aamiin..aamiin.. aamiin yaa rabbal’alamin.

 

Renungan Jumat di kamar Aulia, kos IR Ramla binti Abu Sufyan

 

Leave a comment

Previous Post
Next Post