Cerita Kehamilan: Positif Covid-19 Sebelum Operasi SC

Published by

on


Bismillah lanjut lagi…

Bagi teman – teman yang belum membaca post sebelumnya bisa kunjungi Cerita Kehamilan: Suspek Plasenta Akreta di Kehamilan Kedua (TM2-TM3).

Setelah USG dengan dr. Reza selesai, aku diminta datang ke bagian poli kebidanan untuk menentukan jadwal operasi SC. Jangan tanyakan proses mengantrinya yaa, hehe… karena setiap proses di RSUP Fatmawati ini cukup melatih kesabaran dengan antrian yang mengular. Singkatnya kalau kita diminta untuk USG, ya antri di USG, ketika kontrol di poli kebidanan, ya antri untuk tensi dan nanti antri lagi ketika mau masuk ruangan dokter jaga.

Begitu juga jika teman – teman mau periksa di poli lainnya, laboratorium, tes PCR, dan sebagainya.

Penentuan jadwal SC

Oke, lanjut ke penentuan jadwal operasi caesar atau SC. Pada penentuan jadwal ini akunya malah melow, karena saat itu pergi ke RS sendirian dan harus menerima keputusan besar kapan diadakannya operasi SC. Sempet kaget juga kalau harus melahirkan di 36 weeks karena dikhawatirkan adanya pendarahan sewaktu masa tunggu janin cukup bulan. Walaupun sebenarnya aku sudah minta dokter supaya SC minimal pada 37 weeks. Akan tetapi tetap tidak dibolehkan.

Waktu itu, aku menunggu di luar ruangan 240 karena dokter jaga akan menelpon ke dr. Astri ataupun dr. Reza. Saat itulah aku justru menangis di tengah kelengangan ruang tunggu. Sambil chat sama suami dan menunggu perasaan serta pikiran agak tenang.

Setelah menunggu, akhirnya dipanggil lagi dan diberi tahu keputusan dokter bahwa jadwal SC akan dilakukan pada tanggal 2 September 2022, saat umur kehamilan 36 weeks 3 days. Aku diminta untuk segera mengurus administrasi ke konter kebidanan.

Menjalani ini semua kutetap berusaha meyakinkan diri dan janin untuk lebih legowo terhadap keputusan dokter. Mengikuti beberapa aturan persyaratan operasi seperti meminta ACC dari berbagai poli di RS.

Berawal dari konter kebidanan, aku diminta ke TU untuk mengurus semua administrasinya. Seperti penjadwalan ke poli bedah urologi, ke laboratorium untuk cek darah, ke poli jantung, poli penyakit dalam, dan terakhir tes PCR. Jadwal tersebut kuselesaikan dalam waktu 2 pekan. Otomatis dalam 2 pekan itu harus bolak – balik ke RS dan bertemu dengan banyak orang yang mempunyai tujuan yang sama, operasi dan kontrol kesehatan.

Positif Covid-19

Setelah semua persyaratan dari poli selesai, di hari berikutnya aku kontrol lagi di poli kebidanan. Namun hasil tes PCR saat itu belum keluar (waktu itu hari Rabu, dimana pada hari Jumatnya harus SC). Setelah ditensi di ruang 234, aku diminta untuk antri di depan ruang 240 untuk konsultasi dengan dokter jaga. Namun, baru saja mau duduk di ruang tunggu, qadarullah dapat WA chat dari Kemenkes RI kalau ternyata diriku dinyatakan positif Covid-19. Perasaanku langsung tak karuan antara mau tetap menunggu antrian dokter atau lapor ke bidan yang sudah mengecek tensi tadi. Cemas.

Akhirnya kuputuskan untuk memberitahu bidan, setelah menemuinya lalu aku diminta langsung menemui dokter jaga yang ada di ruangan 240 untuk melaporkan bahwa terdeteksi positif covid-19. Hingga akhirnya diminta balik lagi ke bidan yang satunya lagi untuk kepastian selanjutnya seperti apa. Bidan tersebut ngotot minta supaya langsung masuk IGD (kontra dengan hatiku saat itu, karena aku merasa tidak urgen harus masuk IGD dan SC sesuai jadwal). Lalu aku menemui dokter jaga lagi untuk minta kepastian dari dokter penanggungjawab kasusku ini, entah dari dr. Astri atau dr. Reza. Alhasil, aku diminta untuk keluar dari poli kebidanan, tapi tidak boleh pulang terlebih dahulu. Akhirnya aku duduk – duduk di taman RS untuk menghindari keramaian orang.

Sendirian di taman, menunggu dihubungi oleh dokter jaga untuk kelanjutannya seperti apa. Namun sebelum ada keputusan dari dokter, aku mencoba meyakinkan dokter jaga tersebut di chat bahwa tidak masalah jika harus isoman, karena jujur waktu itu tidak ada permasalahan dalam kehamilan (dalam artian tidak ada pendarahan atau flek), jadi aku meminta isoman dibanding harus melakukan SC mendadak ataupun sesuai jadwal awal. Dalam hatiku berkata, mungkin ini jalan dari Allah supaya dedek janin bisa lahir setelah 37 pekan, dimana dedek sudah cukup umur untuk dilahirkan. Skenario Allah memang tak bisa ditebak. MasyaAllah. Benar saja, dokter memutuskan untuk isoman 7 hari, baru kemudian datang lagi ke RS.

Aku mulai isoman dari hari Kamis, tanggal 1 September 2022. Selama 7 hari benar – benar mengurangi kegiatan di luar. Sempat keluar sebentar namun hanya untuk mencari kebutuhan rumah dengan suami. Suami juga tidak diperbolehkan datang ke kantor. Sehingga sepekan ini kami selalu bersama.

Tanggal 7 September 2022 kami ke RSUD Kebayoran Lama untuk tes PCR, karena rencananya ke RSUP Fatmawati tanggal 9 September 2022 untuk memastikan jadwal operasi selanjutnya dengan membawa hasil PCR negatif. Aku memang diminta PCR di luar dulu sampai benar – benar sudah dinyatakan negatif baru boleh kontrol lagi ke RSUP Fatmawati. Yap, tentunya dengan biaya sendiri.

Reschedule SC

Nah, pada tanggal 9 September 2022 kemarin, aku akhirnya kontrol lagi di RSUP Fatmawati. Ternyata bidan hanya menganjurkan tes antigen bukan PCR, ya sudah gimana lagi hasil PCR negatif sudah di tangan. (Ternyata antara dokter jaga dan bidan beda perintah. Kan akunya jadi bingung. wkwkwk…) Lalu di saat mau menemui dokter jaga, ternyata dokter jaganya sudah berbeda dari sebelumnya. Pantesan aku WA dokter sebelumnya gak ada balasan bahkan dibaca pun tydack. Ok, bersabar.

Seperti biasa diperiksa, diukur titik fundusnya, dicek denyut jantung janinnya (DJJ). Sama seperti sebelumnya, DJJ susah dideteksi, sampai beberapa kali kubilang sakit karena terlalu ditekan terutama di bagian jahitan SC sebelumnya. Dedek juga tidak merespon apa – apa. Ini anak memang kurang suka kalau saat dicek DJJnya. hehe…

Pengecekan selesai, akhirnya ditanya beberapa hal seperti keluhan dan hasil USG terakhir. Menjelaskan juga bahwa kemarin sempat positif covid-19 dan harus mengundur jadwal SC. Dan aku menanyakan bisa reschedule kapan? Akhirnya mereka menanyakan (menelpon) ke dr. Astri. Namun ternyata dokter Astri mau cuti teman – teman, mau ke luar negeri. Sehingga operasi dilimpahkan ke dr. Reza. Nah, dari dr. Reza menyanggupi pada hari Selasa, 13 September 2022.

MasyaAllah begitu cepat. Artinya insyaAllah dedek dilahirkan pada umur kehamilan 38weeks pas. Alhamdulillah.

Namun tidak semudah yang dibayangkan Gaes… setelah menerima jadwal, akupun harus PCR ulang di RS hari itu juga. Otomatis harus menemui bidan untuk dapat persyaratan PCR, mengurus ke TU, dan ke bidan lagi, fotocopy dokumen PCR, lalu baru ke laboratorium untuk pendaftaran, ke Griya Husada untuk pengambilan sampel, dan balik lagi ke bidan. Padahal sudah hampir pukul 11 siang hari Jumat dimana dikhawatirkan laboratorium akan tutup. Tapi bismillah, melangkah dengan perut yang sudah berat kesana kemari. Alhamdulillah suami bisa menemani hari itu.

Singkat cerita aku ke laboratorium melakukan pendaftaran tes PCR. Namun, sampai sana diminta juga untuk cek darah lengkap (lagi). Alhamdulillah copyan dokumen pendaftaran di bidan memang kulebihkan, sehingga bisa langsung melakukan pendaftaran cek darah lengkap.

MasyaAllah, antri pun tidak lama, aku bisa cek darah sebelum jam 12, namun suami sudah keburu pergi ke masjid untuk jumatan. Lalu, aku lanjut ke gedung Griya Husada untuk pengambilan sampel PCR. Berjalan sendirian, walaupun sebenarnya sudah capek tapi harus diselesaikan hari itu. Ingin makan dulu, namun insting mengatakan pokoknya harus selesaikan dulu, sebelum tutup.

Alhamdulillah sampai sana petugas masih ada dan tidak ada antrian, sehingga aku langsung mengajukan dokumen pengambilan sampel dan masuk ruangan untuk di ‘colok-colok’ hidung dan mulutnya. wkwkwk.

Setelah itu, belum selesai juga lho… aku diminta untuk menemui bidan lagi, laporan, dan menandatangani berkas – berkas operasi. Dikasih tahu juga supaya menyiapkan perlengkapan untuk operasi, rawat inap dan lain sebagainya lalu dibawa hari Senin langsung. Suami pun diminta untuk menandatangi berkas, namun saat itu belum selesai jumatan, jadi sekalian pas hari Senin saja. Aku turun ke bawah menuju teras gedung rawat jalan, makan dan menunggu suami selesai jumatan baru pulang kemudian.


Sampailah di hari tulisan ini kutuang di blog. Sabtu, 10 September 2022. Menikmati masa – masa akhir kehamilan dengan sesekali kontraksi palsu, mendengarkan instrument, dan menulis blog dari siang hingga malam ini. MasyaAllah tabarakallah.

Alhamdulillah juga, dapat hasil PCR negatif melalui aplikasi Peduli Lindungi, so insyaAllah operasi SC akan dilaksanakan pada hari Selasa, 13 September 2022. Semoga lancar, persalinan tanpa pendarahan yang banyak, plasenta bisa dikeluarkan dengan mudah, aku dan bayi sehat, rahim juga terselamatkan. Aamiin ya rabbal’alaamin.

Sampai jumpa di cerita selanjutnya ^^

Leave a comment